
Bandar Lampung – Komite SMAIT Daarul ‘Ilmi Bandar Lampung menghadirkan psikolog Renyep Proborini sebagai narasumber pada seminar parenting di Aula Universitas Saburai, Sabtu, 25/1/2025.
“Optimalisasi Fitrah Keayahbundaan untuk Mendukung Perkembangan Remaja” adalah tema yang diangkat dalam seminar parenting itu.
Agenda yang digelar pukul 08.00-12.00 WIB dan diikuti oleh seluruh orang tua kelas X-XII SMAIT Daarul ‘Ilmi Bandar Lampung. Terpantau 150 orang lebih beduyun-duyun memenuhi kursi yang telah disediakan panitia.
Hadir dalam agenda, Arief Ageng Sanjaya, M.Pd., Gr., (Kepala SMAIT Daarul ‘Ilmi), Ahmad Naufal Umam, M.Pd., Gr., (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum), Yuni Purwanti, S.Pd, Gr. (Wakil Kepala Sekolah Bidang kesiswaan), dan seluruh pengurus komite lainnya.
Renyep dalam pemaparan materinya menyampaikan bahwa anak adalah anugerah terindah dan amanah dari Allah, sekaligus ujian bagi setiap orang tua.
“Dalam Alquran surat At-Taghabun ayat 15, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu, dan di sisi Allah-lah pahala yang besar,” ujarnya.
Dirinya menjelaskan pentingnya orang tua mendidik anak sesuai dengan fitrahnya.
“Peran utama dalam proses pendidikan adalah ayahnya. Banyak kisah-kisah dalam Alquran kita temui, mengenai peran ayah. Seperti kisah Luqmanul Hakim, Nabi Ibrahim AS, Keluarga Imran yang merupakan ayah dari Ibunda tercinta Maryam, Nabi Yakub dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Dirinya menjelaskan mengenai peran ayah diantaranya, memberikan arahan, penanggungjawab, mendidik aqidah & keimanan, mendidik sistem berpikir anak, mendidik ego & individualitas anak, dan tegas dalam mendidiknya.
“Sementara peran bunda adalah mengasuh, menjaga, merawat, melindungi, membangun bonding, attachment dan mendukung kebijakan-kebijakan yang Ayahnya terapkan di rumah,” katanya.
Renyep menuturkan, hendaknya kedua orang tua mengetahui konsep-konsep pendidikan anak remaja awal hingga remaja akhir.
“Kita harus yakin, bahwa tidak ada sistem pendidikan di dunia ini yang paling baik, kecuali sistem pendidikan Islam. Dalam agama kita semuanya diatur. Termasuk bagaimana konsep mendidik anak,” tegasnya.
Renyep juga menerangkan, konsep pendidikan dalam Islam, mulai dari tahapan anak sudah balig diiringi akil (atau akil balig) maka hukum syariah mulai berlaku.
Balig artinya kematangan organ reproduksi, dan akil artinya pikiran dan perasaan berkembang matang.
“Maka saat anak sudah dikatakan akil balig, di sanalah anak kita seharusnya sudah dewasa baik secara fisik dan mental. Anak-anak kita harus siap bertanggung jawab menerima tugas dan beban serta siap dengan setiap konsesuensi yang dia ambil,” katanya.
Tim Biro Psikologi Harmoni itu juga memaparkan berbagai fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat.
“Yang terjadi di masyarakat kita adalah anak sudah balig namun belum akil. Jiwa anak-anak yang terjebak dalam tubuh pemuda, dorongan untuk mendapat kesenangan sangat tinggi, kepuasan, kenyamanan, fasilitas, menyalurkan hasrat.”
Sementara itu, akilnya tidak mengimbangi sehingga tidak mampu bertanggung jawab, berusaha untuk mewujudkan kebutuhan sesuai dengan kaidah logika, sosial, moral, dan agama.
Daya tahan dan daya juangnya yang lemah menjadi ciri utama anak yang sudah balig namun belum akil.
Ia juga menunjukkan data beberapa kasus mengenai kenakalan remaja saat ini.
Di antaranya banyak kenalakan remaja zaman sekarang adalah kasus pencurian, korban pembunuhan, pemerkosaan, seks bebas, judi online, narkoba, kecanduan internet dan LGBT, pornografi, dan pornoaksi.
Di akhir sesi, Renyep memberikan tips dalam rangka mengoptimalkan Fitrah Keayahbundaan. Yakni dengan memahami anak seutuhnya.
Memahami 4 elemen penting dalam hidupnya, yakni soul, heart, body, dan mind.
Soul dengan cara menjadi contoh bagi anak tentang aqidah aqidah yang lurus, selalu merasa terkoneksi dengan Allah, menjadikan aktivitas sebagai ibadah, mengingatkan anak, mengajak anak dalam kebaikan.
Heart, pahami perasaan anak dan semua anggota keluarga di rumah, dengarkan anak jika bercerita, bercanda, memeluk, mengusap, dan mencium anak.
Body, jadilah orang tua yang siap diajak bekerjasama dengan anak, untuk menerapkan pola hidup sehat di dalam keluarga. Jaga pola makan sehat dan seimbang, olahraga rutin bersama, memberikan tanggung jawab kepada anak untuk berperan dalam membersihkan dan menata rumah dan pekerjaan rumah lainnya, istirahat bersama.
Mind, seluruh anggota keluarga diajak untuk berkerjasama dalam menciptakan hubungan yang logis, seimbang, integratif di rumah, ajak belajar bersama, diskusi dan mengambil keputusan bersama, kumpulkan data sebelum memberikan response, dan pertimbangan yang logis. [Jamilah)